Sejarah Kebun PT Perkebunan Nusantara VIII
Sejak zaman Hindia Belanda, kebun memegang peran sangat penting bagi perusahaan. Ini semua tak bisa lepas dari strategi pemerintah Hindia Belanda maupun pengusaha Eropa yang secara terencana hanya memproduksi berbagai komoditas sebagai bahan mentah. Kala itu para pengusaha kolonial tak mengembangkan industri hilir di nusantara, karena mereka berkewajiban memasok ke industri pengolahan yang mereka miliki di Eropa. Jadi tak mengherankan bila setiap perusahaan kala itu mempunyai kebun yang luasnya ribuan hektar.
Kebun-kebun itu menjadi ‘warisan’ yang kini dikelola oleh N8. Bagi N8 warisan tersebut merupakan aset perusahaan yang sangat berharga. Nyaris tak mungkin mengabaikan keberadaan kebun. Terlebih lagi di setiap kebun terdapat pabrik pengolahan primer. Kebun telah menjadi tulang punggung Perusahaan. Untung rugi perusahaan sangat ditentukan oleh kinerja kebun.
Letak kebun tersebar hampir di seluruh Jawa Barat dan Banten. Saat ini jumlah kebun yang dikelola N8 mencapai 41 kebun. Komoditas yang diusahakan oleh N8 adalah teh, karet, kelapa sawit, kopi dan aneka tanaman lainnya. Pertanaman yang terluas didominasi teh, disusul kelapa sawit.
Yang menarik kebun-kebun ‘warisan’ ini sudah berumur sangat tua. Kebun Parakan Salak misalnya dibangun pada tahun 1844, sedangkan kebun Papandayan tahun 1875. Namun semua kebun ‘warisan’ hingga kini masih dikelola dengan baik sehingga tetap mampu memberikan kontribusi bagi perusaahaan.
Kebun-kebun tersebut masih menjadi andalan ekspor nasional. Terlebih lagi banyak kebun diantaranya tak sekedar menghasilkan komoditas ekspor tetapi juga menjadi objek agrowisata yang sangat menarik. Tak pelak lagi kebun merupakan andalan perusahaan.