Ngopi Bareng Eighters #5 . “Wind of Change” yang semakin kencang…
Assalamualaikum Wr Wb
Selamat pagi para Eighters…… Pagi ini sambil menyambut datangnya bulan Ramadan 1443 H, saya ingin mengajak para Eighters untuk sharing dan diskusi mengenai kondisi saat ini di PTPN, terutama sejak masa Pandemi Covid-19 sampai hari ini.
Menurut Prof. Rhenald Kasali, sejak adanya pandemi Covid-19 tahun 2020 muncul 10 ledakan ekonomi dan kehidupan di Indonesia. Pandemi ini memang menjadi gelombang kehidupan yang luar biasa. Ada yang tergulung, tapi ada yang berselancar meniti gelombang menjadi puncak baru kehidupan. Ada yang rubuh tetapi ada yag tumbuh, ada yang tumbang tetapi banyak yang berkembang.
Kita bisa melihat ini melanda para Eighters dan lingkungan terdekat kita, dengan berbagai dinamika dan cara pandang yang berbeda.
Yang pertama adalah ledakan kreativitas. Tekanan hidup telah membuat orang menjadi lebih kreatif, sekalipun sekedar kreativitas kuliner tetapi bisa menjadi economic booming, sedangkan diantara Eighters saya melihat karena saking lamanya tertekan sampai tidak merasa, bahkan menikmati, hehehe!
Kedua, ledakan home sweet home. Anak-anak jaman sekarang lebih senang bekerja dari rumah (Work From Home), bahkan saat saya tanya anak saya yang masih kuliah, dia menjawab lebih senang kuliah dari rumah karena sudah terasa nyaman akibat tersedianya berbagai teknologi dibarengi dengan ketatnya PPKM.
Ketiga, ledakan wisata luar ruang. Dampak terus-terusan bekerja (atau bermain?) dengan gadget ditambah dengan resiko WFO membuat kebutuhan outdoor activiti meningkat. Ini blessing bagi kita para Eighters dengan maraknya pihak-pihak yang mengajukan kerja sama dengan PTPN 8 untuk membuka area wisata kebun teh, mulai dari perusahaan yang berkelas dunia sampai dengan perseorangan.
Keempat ledakan konten, makin banyak youtuber-youtuber atau tiktoker-tiktoker dan para instagramer-instagramer baru yang melanda semua kalangan. Dokter, pilot, artis, ibu rumah tangga, bahkan ustadz. Semua bikin konten juga warga biasa meskipun isinya hanya nge-prank saja. Ledakan ini juga melanda para planters, mulai dari karyawan, sopir sampai dengan Direktur…….
Kelima, ledakan kolaborasi dengan teknologi. Teknologi ini sudah menjadi pendorong semua aktivitas. Saya lihat bagaimana para Eighters agak tergagap-gagap saat menyaksikan salah satu mitra kerja sama PTPN 8, melakukan mapping areal kebun kerjasama dengan satelit, pemupukan menggunakan drone sampai menghitung emisi karbon.
Keenam, ledakan kecerdasan, hanya sayangnya bukan kecerdasan manusia kata Prof. Rhenald Kasali namun kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yakni munculnya robot bernama “Sophia”. Di Jakarta sudah jarang terlihat petugas di pintu tol, petugas parkir di mall, bahkan tilang kendaraanpun sekarang sudah dilakukan oleh camera…
Ketujuh, ledakan artificial living. Pernah dengar cerita pasangan yang berkenalan lewat FB? Ternyata setelah copy darat, dua-duanya kecewa karena yang ditemui tidak seindah warna aslinya di Profile Picture…. Sekarang akan makin sulit dibedakan antara yang real dan yang virtual. Jangan kaget kalau ke depan akan banyak telur, daging juga tidak asli, bahkan sudah mulai ada pets electronic, dream girl friend electronic, guling bisa diajak curhat, and so on and so forth…..Singkat kata terbentuklah nanti artificial society …..
Kedelapan, ledakan useless generation. Di masa lalu, dikotomi masyarakat selalu terjadi antara buruh vs majikan, pekerja vs pemodal, si bodoh vs si pinter, the rich vs the poor… Ke depan, the rich tidak lagi membutuhkan the poor karena semua pekerjaan bisa dilakukan robot, jadi sopirpun sudah diambil alih oleh driveless car, bahkan orang pinter juga belum tentu ada kerjaan karena semua ilmu ada di Google. Banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dengan mesin, contoh kalau kita ke station Kereta Api, untuk cetak tiket perjalanan sudah dilakukan oleh mesin… Disinilah akan muncul useless generation.
Kesembilan, ledakan Non Degree. Sekarang banyak orang yang bisa belajar apa saja dari You Tube. Seseorang bisa menguasai 9 bahasa tanpa harus kursus bersertifikat. Publikasi karya ilmiah juga tidak harus lewat jurnal, tetapi cukup dengan nge-tweet saja sudah tersebar ke lintas benua. Akan banyak lahir para ahli tanpa harus memiliki gelar.
Kesepuluh adalah ledakan Great Resignation, banyak pegawai-pegawai yang mengundurkan diri untuk beralih kerja yang lebih balance. Bekerja kantoran tidak menjamin akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik. Bisa jadi bekerja sambil jalan-jalan, sambil mencicipi atau memasak aneka kuliner atau bahkan sambil menyalurkan hobby malah akan lebih mendatangkan banyak duit…
Oleh karena itu, saya berpesan kepada para Eighters, the world is already change, dunia sudah berubah kawan…..Kalau kita tidak mau berubah maka kita akan punah. Pasar sudah berubah sementara kita masih memproduksi produk-produk masa lalu.
Contoh di teh, berbagai variance gradenya sudah dipermainkan oleh Trader sehingga harga ditekan serendah-rendahnya. Akhirnya muncullah stock produk yang menggunung.
Dalam kesempatan knowledge sharing dengan para Eighters saat acara Munggahan, saya pertontonkan cuplikan film “The Wolf of Wall Street (2013)” kepada Eighters, saat Jordan Belfort (yang diperankan oleh Leonardo DiCaprio) meminta audience yang diajar untuk menjualkan sebuah Ballpoint. Hampir semua audience menceritakan soal keunggulan produknya….Berbeda saat dia meminta temannya yang panggilannya “Boom” untuk menjualkan ballpoint tersebut. Boom menciptakan kebutuhan atau “demand” lebih dulu, baru supply nya masuk. Sangat sederhana, tapi tidak ada yang melihat karena kita terkungkung dengan kebiasaan masa lalu. Kalau dari dulu produk teh ada 38 grade ya harus memproduksi sebanyak 38 grade meskipun yang laku hanya 10 atau 11 grade saja.
Fenomena terbaru yang sangat viral saat ini adalah munculnya Mbak Rara, seorang pawang hujan di event MotoGP Mandalika kemarin. Dengan keberhasilan mbak Rara menghentikan hujan saat pagelaran balap MotoGP berlangsung, Sirkuit Mandalika menjadi sangat terkenal di seluruh dunia. Inilah yang disebut Era Dream Society atau masyarakat Impian. Cerita atau story yang mengimaginasi pembeli jauh lebih berharga daripada produk itu sendiri.
PTPN 8 sendiri sebenarnya sudah mempunyai story tersebut dan saat ini sudah sangat dikenal yakni bekas Rumah Manajer Kebun Kertamanah yang digunakan shooting film “Pengabdi Setan”. Saat ini kalau masyarakat ditanya dimana “Rumah Pengabdi Setan”, mereka dengan cepat dapat menjawabnya, namun kalau ditanya dimana Kebun Kertamanah tidak ada yang tahu, kecuali para Eighters.
Dalam urusan pengadaan barang misalnya, seringkali karena terlalu berkutat dengan SOP yang njlimet dan cenderung ruwet karena ingin dikatakan GCG atau menekan potensi korupsi, proses kebutuhan barang dan jasa yang sangat menentukan bagi produksi menjadi sangat birokratis dan luaaaamaaaaaa…..Akibatnya momentum untuk mendapatkan revenue atau saya lebih memilih “cash in” hilang begitu saja. Kalau dihitung secara numerik, opportunity lost akibat berbelitnya pengadaan barang dan jasa ini entah sudah berapa ratus milyar…..Kalau ini merugikan perusahaan maka Bagian-bagian yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa sudah pasti dipecat duluan.
Baru-baru ini Pemerintah mengumumkan akan meluncurkan platform E-Katalog berbagai macam produk. Kenapa kita ngga antisipasi dengan meminta rekanan kita mendaftarkan di e-katalog tersebut sehingga proses pengadaan barang bisa lebih cepat. Kita akan bisa berbelanja barang langsung melalui E-Katalog dengan proses yang lebih transparan, akuntable, bertanggung jawab, mandiri dan fair atau secara tidak langsung kita sudah menjalankan prinsip-prinsip GCG. Ke depan tidak perlu lagi ada Bagian Pengadaan Barang dan Jasa di struktur organisasi perusahaan atau kalaupun ada cukup selevel staf saja yang tugasnya memelototi data dan informasi yang disajikan oleh e-katalog Pemerintah.
Kembali ke 10 Ledakan ekonomi dan kehidupan selama masa pandemi covid 19, yang langsung dirasakan oleh para Eighters terutama adalah Ledakan ketiga yakni ledakan wisata luar ruang, bagaimana saat ini kita menyaksikan ngantrinya orang-orang yang ingin menginap di glamping, melakukan trecking atau biking, healing ditempat-tempat sepi yang langsung berhubungan dengan alam. Saat ini sangat marak permintaan kerja sama dari berbagai pihak kepada PTPN 8 untuk mengembangkan wisata alam. Sangat dipahami bahwa sebagian besar areal konsesi yang dikelola oleh PTPN 8 sangat indah untuk dijadikan sebagai wisata alam karena sebagian besar terletak didaerah pegunungan dengan hamparan daun teh yang menghijau serta udara sejuk yang sangat nyaman.
Melihat fenomena tersebut, mau tidak mau, suka tidak suka, para Eighters harus bisa menyikapi dan mengantisipasinya dengan membuat visioning dan rencana-rencana strategis untuk menangkap peluang bisnis wisata ini. Sebagai contoh di Kabupaten Subang sudah begitu banyak areal perkebunan PTPN 8 yang dikerjasamakan dengan mitra-mitra strategis yang bergerak dibidang wisata alam dengan tetap mempertahankan perkebunan teh sebagai daya tarik wisata seperti D’Castello, The Ranch, Astro Highland dan lain-lain. Di wilayah Kabupaten Bandung tepatnya di daerah Pengalengan dan Ciwidey sudah begitu banyak mitra-mitra yang bekerja sama dengan PTPN 8.
Kalau para Eighters tidak mau membuka diri, tidak mau berkolaborasi, tidak mau berubah maka akan punah dengan sendirinya…tinggal menghitung hari….Marilah kita sambut angin perubahan seperti yang dinyanyikan oleh Scorpions dalam Wind of Change :
The future’s in the air
I can feel it every where
Blowing with the Wind of Change……
Ok …..Guys, The Choice is yours….anda mau berubah atau punah…
Selamat bekerja semoga Allah selalu meridhoi dan memberkahi kita semua aamiin..
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Sindang Sirna, 3 April 2022.
Comments (2)
Luar biasa… Terima kasih Pa Direktur, suatu insight yang membawa angin segar untuk kelancaran proses produksi terutama dalam hal mendukung percepatan pengadaan barang dan jasa, sehingga mengurangi risiko opportunity lost bagi perusahaan..
Terima kasih,, motivasi yang baik.