Ngopi (Ngobrol Pagi) bersama Eighters #1 : “Rightsizing” …….Right or Wrong ??
Tepat tanggal 2 Februari 2022, yang oleh sebagian orang dianggap angka unik : 02-02-2022; dua bulan sudah saya menjalankan tugas sebagai Direktur PT Perkebunan Nusantara 8, setelah sebelumnya saya menikmati hidup bersama istri saya tercinta mencoba menjadi petani kecil bersama teman-teman lama menanam cabe, porang dan kapulaga di daerah Cariu Jonggol Bogor.
Sudah menjadi kebiasaan saya setiap kali ditunjuk jadi Mandor di suatu perusahaan, saya selalu meluangkan waktu untuk merenung, mojok sambil ngudud. Saurna teh kontemplasi meureun…….Dan tentu saja jangan lupa ngopi atau ngebandrek sembari membayangkan bahwa saya sedang berbagi dengan para EIGHTERS (istilah saya untuk teman-teman yang bekerja di PTPN 8), para mandor (kebun) dan para manajer serta SEVP tentang banyak hal dan banyak pasal. Mulai dari yang saya rasa penting tapi masih terpendam, sampai yang penting tapi belum tuntas sehingga menggumpal menjadi unek-unek. Harapannya yang masih belum tuntas, setelah dikomunikasikan, dapat kita kerjakan dan selesaikan rame-rame.
Begitu masuk ke PT Perkebunan Nusantara 8 pada tanggal 3 Desember 2021, saya dihadapkan pada satu pilihan yang sangat menantang yakni melakukan pengurangan unit kebun, sebagian besar di kebun teh yang dikelola oleh PTPN 8, istilah kerennya “rightsizing” atau terjemahan bebasnya “mengepaskan ukuran” agar tidak kedodoran atau kesempitan sehingga semua nyaman dipakai dan indah dipandang supaya seperti model-model yang biasa berjalan di cat-walk.
Rightsizing ini, tujuan utamanya adalah mengoptimalkan kinerja komoditi, khususnya komoditi teh yang selalu merugi sejak tahun 2000 an. Program ini sudah berjalan hampir 90% dan saat saya masuk tinggal diketok palu saja. Terbersit dalam benak saya, apa sebenarnya urgensinya? Ternyata salah satu pertimbangan mendasarnya adalah masih rendahnya produktivitas dan rendahnya kualitas produk teh, disamping pabrik-pabrik yang sudah uzur, yang mengakibatkan besarnya kerugian perusahaan, ditambah dengan tambunnya struktur organisasi di kebun.
Saya juga coba menggali informasi terkait dengan kondisi terkini dari PTPN 8. Dari total areal konsesi yang dikelola oleh PTPN 8 seluas 113.958,34 ha seluas 18.799,94 ha adalah tanaman teh, 12.165,94 ha tanaman karet, 21.252,89 ha tanaman sawit. Sisanya, seluas 61.739,57 ha adalah areal lain-lain, ada hutan cadangan, areal yang diokupasi, areal kerja sama baik perkebunan maupun wisata dan lain-lain. Kondisi keuangan perusahaan tahun 2021 diproyeksikan merugi sampai (Rp 645 milyar) lebih dan itupun masih dimungkinkan masih naik lagi kerugiannya.
Dengan lebih dari 50% areal konsesi yang dikelola oleh PTPN 8 kategorinya adalah areal lain-lain, muncul pertanyaan lebih jauh “apakah masih layak PTPN 8 disebut sebagai perusahaan perkebunan?” Apalagi luas areal tanaman yang dikelola dengan adanya program Rightsizing tersebut akan berkurang lagi. Pertanyaan berikutnya adalah “apakah program ini akan ada lagi ditahun-tahun mendatang?” mengingat berdasarkan informasi Board Of Management PTPN 8, program Rightsizing part 1 juga sudah dilaksanakan di awal tahun 2021. Masih perlukah program part 3, part 4, dan seterusnya? Sampai kapan?
Dari situ saya mengambil kesimpulan awal, bahwa persoalannya bukan hanya dari rendahnya produktivitas dan kualitas atau pabrik teh yang sudah uzur atau mungkin karena tambunnya struktur organisasi di kebun, namun lebih struktural lagi yakni pada SDM perusahaan. Motivasi untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan kelihatannya sudah mulai luntur, daya juang untuk menjaga areal yang dikelola mulai kendor, semangat sudah seperti cempor yang kehabisan minyak, yang ada sikap apatis mulai merebak dikalangan karyawan di kebun. Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas dan kualitas produk teh menjadi rendah, yang pada gilirannya produk teh yang dihasilkan tidak bisa diserap oleh pasar sehingga kerugian yang diderita oleh PTPN 8 tetap saja menjadi Never Ending Story.
Oleh karena itu, pembenahan SDM menjadi prioritas pertama yang harus dilakukan, SDM PTPN 8 haruslah kreatif dan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan cepat di lapangan bila diperlukan.
Ibarat sebuah kesebelasan PTPN 8 dimana strikernya adalah para manajer kebun, saat harus ngegolkan bola mereka harus minta ijin dulu kepada pelatih……dan untuk meminta ijin pelatih harus lewat staf pelatih, lewat asisten asisten pelatih lalu asisten pelatih dulu sehingga momentumnya selalu lewat, akhirnya saking frustasinya bola dimasukkan ke gawang sendiri…….GOOLLL!!
Salah satu kebijakan yang saya terapkan di awal-awal penugasan saya ini adalah membangkitkan daya juang, motivasi dan semangat karyawan PTPN 8 dengan memberikan insentif kinerja. Dimana anggaran insentif kinerja ini diambil dari delta peningkatan pendapatan perusahaan dengan efisiensi biaya, sehingga tidak ada tambahan anggaran sama sekali di RKAP. Adapun yang menjadi dasar penentuannya adalah RKO (Rencana Kerja Operasional) selain itu saya juga menyederhanakan SOP agar pengambilan keputusan lebih cepat. Saya minta kepada manajer kebun agar melaporkan saja apabila ada hal-hal yang perlu diputuskan di lapangan tidak usah minta ijin Kantor Pusat.
Squad yang kuat akan sangat saya perlukan untuk menjalankan semua ini agar PTPN 8 kembali ke masa kejayaannya di masa lalu dimana terpampang kebun-kebun tehnya dengan para pemetiknya yang segar dan cantik-cantik. Gambarnya sangat iconic sehingga banyak dipasang diberbagai flyers. Gambar yang mencerminkan kesejahteraan pekerja, karyawan dan perusahaannya.
Untuk membentuk squad yang kuat, konon pelatih PSSI Shintae-yong menerapkan taktik adaptif dan kolaboratif kepada para pemainnya agar selalu bisa menyesuaikan diri dengan lawan yang dihadapi. Melawan Vietnam PSSI bermain defensif, bertahan total tetapi ketika berjumpa Malaysia langsung berubah menyerang. Dengan taktik tersebut, PSSI walaupun hanya jadi runner-up Piala AFF 2020 tapi tercatat menjadi tim paling produktif dengan menghasilkan 20 gol, lebih tinggi dari sang juara Thailand dengan hanya 18 gol.
Shintae-yong juga berani mencadangkan pemain senior Evan Dimas dan menyerahkan ban kapten kepada Asnawi Mangkualam. Semuanya demi Merah Putih.
Saya juga tidak akan segan untuk bermain adaptif dan kolaboratif demi untuk kejayaan PTPN 8 karena saya lihat peluang untuk menghasilkan “gol” dari bisnis PTPN 8 sangat banyak. Kita punya banyak variasi produk yang bisa dikembangkan menjadi berbagai varian yang bernilai tinggi. Kita juga punya banyak aset strategis yang sudah terbukti apabila dikelola dengan optimal akan menjadi sumber pendapatan perusahaan yang handal. Kalau saya merasa ada yang kebanyakan akan saya kurangi, tapi kalau saya merasa kurang akan saya tambah. There is no right or wrong with rightsizing for the sake of adaptation…..!!
Oleh karena itu, saya mengajak kepada semua insan EIGHTERS untuk tetap semangat, tetap bekerja sama dalam team dan tetap profesional. Dengan berlandaskan budaya AKHLAK maka Insya Allah jalan kita akan dimudahkan. Amiin Yaa Rabbal Alamin.
Obrolan ke depan akan lebih asyik lagi. Mari kita selalu merenung untuk mencari kebaikan demi PTPN 8, sambil ngariung, sambil ngopi, ngudud tetapi tetap produktif.
Wassalamualaikum wr.wb.
Sindangsirna, 4 Februari 2022.
Didik Prasetyo
Comment (1)
Mantap, luar biasa share nya..Semoga N8 semakin Jaya, Bekah, Juara…tetap semangat….💪