”Mesin Waktu” Warga Serpong

”Mesin Waktu” Warga Serpong

Pembangunan kota seringkali menggusur tempat-tempat yang menjadi manifestasi memori tempo dulu. Dengan “mesin waktu”, warga Serpong bisa sejenak menghidupkan sensasi masa lalu.

Pembangunan kota sering kali menggusur tempat-tempat yang menjadi manifestasi memori tempo dulu. Membandingkan kini dengan dulu tak pelak memunculkan rasa rindu. Beruntung bagi warga Serpong, Tangerang Selatan, kini ada sebuah ”mesin waktu” yang sejenak bisa menghidupkan sensasi masa lalu.

”Mesin Waktu” itu bernama komunitas Wajah Serpong Tempo Doeloe (WSTD). Melalui media sosial (Facebook, Instagram, Youtube, dan Twitter) komunitas ini rutin mengunggah foto dan video Serpong tempo dulu.

”Kenangan waktu kecil main di rumah Belanda nyari belalang,” ujar akun Instagram mf_flanel pada sebuah foto yang diunggah akun @serpong_doeloe yang dimiliki komunitas WSTD.

Foto yang diunggah pada 27 September 2019 itu adalah foto hitam putih sebuah bangunan tua arsitektur Belanda. Dalam foto itu dibubuhi keterangan lokasi sebagai bekas kantor PTPN VIII.

Dulu bangunan itu berdiri kokoh di Jalan Raya Serpong dekat Stasiun Serpong. Kini bangunan itu telah berganti wujud menjadi sebuah toko.

Salah satu foto lainnya yang diunggah adalah foto berwarna hitam putih sebuah bangunan tua dengan tulisan ”Rawabuntu” di dindingnya. Foto yang diunggah 25 September 2018 ini dibubuhi keterangan, lokasi itu Stasiun Rawabuntu tahun 1980an.

”Dulu jaman SMP belom ada peron tinggi kayak sekarang dan masih banyak tukang dagang di dalamnya,” ujar akun bernama Callmejar__ bernostalgia zaman ketika dirinya masih duduk di bangku SMP.

Keasyikan mengenang masa lalu warganet juga tecermin di kolom komentar di foto-foto lainnya. Salah satunya adalah foto berwarna sebuah air terjun. Foto itu diberi keterangan sebagai Air Terjun Palayangan.

Air terjun itu berada di Desa Cilenggang, Kecamatan Serpong. Kini air terjun itu berada di dalam sebuah kompleks perumahan eksklusif yang dibangun pengembang di sana.

”Nostalgia masa bocah,” ujar akun natan_ariyanto.

Ketua dan Pendiri WSTD Syahrudin mengatakan, senang sekali warganet bisa memberikan respons positif dari konten yang diunggah komunitasnya. Yang membuatnya lebih bahagia lagi adalah perasaan bahagia bisa berbagi kesamaan rasa rindu akan memori zaman dulu.

Pria yang akrab disapa Mang Iging ini mengatakan, WSTD berawal dari akun Facebook pribadi miliknya yang kerap mengunggah foto dirinya ketika masih remaja. Setelah itu terjadi percakapan panjang mengenai bagaimana kondisi saat ini dari lokasi-lokasi tempat dirinya dan teman-temannya bermain saat zaman dulu.

Lama kelamaan ia pun tertarik untuk mengumpulkan dan mengunggah foto-foto dan video Serpong zaman dulu. Ia pun menggandeng empat rekannya yang punya aspirasi serupa lalu terbentuklah komunitas WSTD.

”Ternyata banyak juga warganet punya kenangan yang sama kayak saya soal Serpong zaman dulu. Banyak yang senang dan kangen gitu. Sama juga kayak saya,” ujar Mang Iging yang ditemui di markas WSTD di Jalan Raya Serpong, Desa Serpong, Kecamatan Serpong, Selasa (8/10/2019).

Pembangunan kota modern oleh sejumlah pengembang besar sejak dekade 90-an, memang membuat wajah Serpong berubah drastis. Maka tidak heran, banyak warganet yang diduganya pernah tinggal atau beraktivitas di Serpong, rindu masa lalu.

Daerah perumahan baru tumbuh di sekitar Serpong, Tangerang pada tahun 1989 akibat mahalnya harga tanah di wilayah DKI Jakarta.

 

Mang Iging mengungkapkan, pembangunan kota modern oleh sejumlah pengembang besar sejak dekade 90-an memang membuat wajah Serpong berubah drastis. Maka tidak heran, banyak warganet yang diduganya pernah tinggal atau beraktivitas di Serpong, rindu masa lalu.

”Dulu Serpong itu kampung dan kebun karet yang luas. Sekarang jadi kota modern,” ujar Mang Iging.

Pria yang lahir dan besar di Serpong itu mengaku memiliki lebih dari 300 foto Serpong sejak era 1970-an hingga saat ini. Ia menyimpannya baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk data digital. Foto-foto itu berasal dari dokumentasi pribadinya sejak remaja, pemberian teman, dan sesama warga Serpong yang sudah tinggal di sana.

Salah satu warga Serpong yang ikut memberikan foto untuk disebarluaskan WSTD adalah Rizal Sofyan Gueci. Warga yang telah tinggal sejak 1978 ini yang memberikan foto Gedung PTPN VIII di dekat Stasiun Serpong yang kini sudah berganti rupa menjadi toko.

Rizal Gueci, warga Serpong yang mengoleksi foto-foto keadaan Serpong pada era 1970-an, ditemui di rumahnya, di Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (8/10/2019). Foto-foto koleksi pribadi dan teman-temannya itu disimpan di album foto.

Rizal tinggal di Serpong sejak dirinya masih mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Pada 1970, Serpong adalah kampung yang menjadi pusat riset UI yang bekerja sama dengan Universitas Leiden dari Belanda. Daerah ini lokasi kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa.

Saat kuliah, dia kerap mendokumentasikan dengan kamera tentang bagaimana kehidupan warga di sana. Foto-foto itu masih tersimpan rapi di album miliknya.

Perjumpaan Rizal dan Mang Iging pun terjadi di media sosial. Saat itu Rizal tengah berselancar di Youtube lalu menemukan video Serpong zaman dulu di akun WSTD. Sejak itulah mereka berkomunikasi dan saling bertukar informasi soal Serpong tempo dulu. Rizal juga kerap meminta foto Serpong zaman dulu dari teman-temannya saat bersama-sama KKN di Serpong.

”Masa muda saya banyak di Serpong seperti halnya Mang Iging. Jadi, kita sama-sama punya ingatan yang sama,” ujar Rizal ditemui di rumahnya di perkampungan di belakang klaster Puspitaloka.

Melestarikan budaya

Tak hanya mengajak warga untuk bernostalgia, WSTD yang baru saja berulang tahun keempat pada 2 September lalu, juga punya tujuan melestarikan budaya. Di dalam WSTD terdapat divisi seni budaya yang bertujuan untuk merawat seni budaya asli Serpong dan Tangerang Selatan yang mulai memudar.

Salah satu pendiri yang juga Kepala Bidang Seni Budaya WSTD Apang Asmara merupakan pemimpin Sanggar Gentra Buana. Sanggar ini mengelola dan melatih kesenian musik calung. Calung adalah alat musik dari bambu yang dimainkan dengan cara dipukul dengan kentungan kecil yang juga terbuat dari bambu.

”Jadi, kami itu tidak hanya pameran foto dan video Serpong zaman dulu, kami juga menampilkan seni budaya Serpong,” ujar Apang.

Selain itu, WSTD tengah mengupayakan perlindungan dan pelestarian bangunan tua peninggalan Belanda yang ada di wilayah Serpong. Salah satunya, bekas kantor PTPN VIII di Jalan PTPN VIII, Desa Cilenggang, Kecamatan Serpong. Mang Iging mengatakan, pihaknya tengah mengajukan kepada pemerintah, agar bangunan itu dijadikan cagar budaya sehingga kelestariannya terjaga.

Bekas kantor PTPN VIII yang sudah tidak terpakai di Jalan PTPN VIII, Desa Cilenggang, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (8/10/2019). Bangunan ini sedang diusulkan menjadi cagar budaya di Tangerang Selatan.

Budayawan Tangerang Selatan, Tb Sos Rendra, mengapresiasi apa yang telah dilakukan WSTD. Sebab, tidak banyak orang yang mau mengumpulkan bukti-bukti sejarah dan merawat bangunan tua.

”Kalau tidak ada mereka, generasi berikutnya akan gelap dengan sejarah Serpong. Tahunya, ya, ini kota modern yang dibangun pengembang. Jadi, ini bukan hanya soal nostalgia, melainkan juga mengingatkan identitas asal muasal,” ujar Sos Rendra.

Kawasan Serpong di Kabupaten Tangerang yang berkembang menjadi kota mandiri, Minggu (2/4/2017). Kawasan yang dahulunya perkebunan karet ini, saat ini tumbuh menjadi kawasan permukiman, bisnis, ruang pamer, dan pendidikan.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *