PTPN VIII Selamatkan Perusahaan
PTPN VIII tak lepas dari masalah yang membebani bisnis perkebunan karena harga komoditas sedang merosot. Apa solusinya?
PT Perkebunan Nusantara VIII dengan komoditas utama teh, karet dan sawit dengan kondisi harga tidak terlalu menguntungkan,memicu manajemen menyelamatkan perusahaa. Aneka upaya akan dilakukan tim direksi dengan Direktur Utama Wahyu ini.
“Caranya dengan mengembangkan komoditi yang cepat menghasilkan yaitu tanaman semusim baik pangan maupun hortikultura. Program kami adalah menggunakan lahan eks karet dan yang selama ini tidak digunakan untuk ditanami jagung baik jagung hibrida maupun jagung manis. Lahan dataran tinggi yang suhunya cocok ditanami tanaman bawang putih kerjasama dengan investor. Sedang kebun sawit tetap peihara dengan produktivitas yang semakin meningkat,” kata DIrut PTPN VIII Wahyu akhir Januri 2019 lalu.
Dari sisi SDM, PTPN VIII punya setidaknya 33.000 karyawan, musim petik teh, tambah 10.000 jadi 43.000 orang. Tenaga tetapnya saja ada 23.000. Sekarang bagaimana memanfaatkan tenaga kerja sebanyak ini dengan pendidikan sebagian besar SMU ke bawah disesuaikan dengan lahan yang ada. Salah satunya dengan menanamjagung.
“Dalam kondisi keuangan seperti sekarang maka secara teori kita harus perbanyak teman,mitra, investor yang mau kerjasama dengan PTPN VIII. Lahannya cukup luas 113.000 Ha yang tidak termanfaatkan secara optimal. Kendalanya SOP telalu kaku sehingga sangat membatasi kerjasama dengan pihak lain. Supaya bisa selamat dari tekanan harga komoditas maka harus banyak kegiatan di luar sawit, teh, karet dengan mengajak sebanyak mungkin investor mitra dan memanfaatkan sumber daya yang ada sekarang,” kata Wahyu tang sebelumnya menjabat DIrut PT Pertani ini.
Salah satu keunggulan PTPN adalah memiliki lahan dengan pemandangan bagus, udara sejuk dan keunggulan lain yang tidak banyak dimiliki orang sehingga akan focus kegiatan agrowisata. Dalam 5 tahun ke depan akan jadi salah satu core bisnis PTPN 8. Ada peralihan fungsi dari kebun the menjadi agro wisata.
“Agro wisata yang akan dikembangkan bukan skala kecil sehingga kami sudah mengundang berbagai pihak untuk kerja sama. Targetnya terbentuk KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) pariwisata. Kita punya Gunung Mas dengan luas 1.625 Ha, Ciater 3.200 Ha, Ciwidey 3.500 Ha. Setidaknya sebagian lahan layak dikembangkan jadi KEK pariwisata,” kata Wahyu.
Beberapa kebun sudah tidak cocok secara agroklimat karena sangat dekat dengan kota. Kebun Cikumpay Purwakarta dan Jalupang Subang dilewati tol Cipali, dekat pelabuhan Patimbang yang akan dikembangkan, dekat dengan bandara Kertajati sehingga akan diubah menjadi kawasan industri.
Terkait dengan itu, PTPN VIII Jawa Barat dan Banten juga akan merenovasi sebanyak 7.326 rumah karyawannya yang kurang baik dan butuh perbaikan segera. Wahyu mengatakan, ia bersama jajaran direksi, General Manajer, Kepala Divisi dan Manajer secara bertahap akan berusaha mulai memperbaiki rumah karyawan ditandai dengan peletakan batu pertama di kawasan perkebunan Ciater, Rabu 6 Februari 2019.
“ Kami memiliki tekad yang kuat untuk melakukan perbaikan saat ini. Hampir 3.500 lebih rumah karyawan tidak layak huni, ini menjadi tanggung jawab manajemen untuk terus dapat memberikan fasilitas yang baiuk”.ujar Wahyu.
Menurutnya, program ini merupakan langkah awal manajemen dalammeningkatkan produktivitas karyawan. Meskipun kondisi perusahaan belum cukup baik, akan tetapi manajemen tetap berusaha menggunakan biaya seefektif mungkin agar bisa berdampak dan menghasilkan output yang cukup besar.
Ia mengatakan,program ini rencananya akan focus kepada rumah yang tidak layak huni terlebih dahulu agar menjadi layak huni. Untuk menentukan siapa saja yang menghuni rumah dinas, baik yang melalui renovasi ringan, berat dan rumah baru adalah para manajer unit kebun.
Wahyu mengajak kepada semua karyawan untuk tetap tetap merawat rumah dinas yangtelah dibangun.
“Total rumah yang akan direnovasi sebanyak 7.326 rumah dengan kondisi butuh renovasi ringan, tidak layak butuh renovasi berat dan rusak butuh bangunan baru,” katanya.
Perbaikan tersebut memerlukan biaya sebesar Rp 130 Miliar. Anggaran sebesar itu menjadi tanggung jawab manajemen danpemeliharaannya menjadi tanggung jawab bersama khususnya bagi penghuni yang menempati rumah dinas tersebut.
Tidak hanya perbaikan,manajemen juga berencana akan membuat rumah dinas dengan konsep homestay. Rumah konsep tersebut telah dibangun sebagai rumah contoh di kebun Cikumpay dengan tipe 54. Di rumah tersebut nantinya aka nada 1 kamar yang disewakan kepada wisatawan.
“Karyawan diwajibkan dapat memberikan pelayanan terbaik untuk konsumennya.” Ujar Wahyu.
Konsep homestay ini akan dimulai di 4 kebun diantaranya Gunung Mas, Rancabali,Malabar dan Ciater. “Dengan adanya program ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan karyawan dan juga dapat meningkatkan produktivitas karyawan,”katanya.
Leave a Reply